Sunday, October 30, 2016

Sebuah Ironi

ketika suatu hari sedang melaksanakan ujian, saya duduk di belakang. saya ambil kertas ujian dari dosen saya lalu saya baca pertanyaannya satu persatu.  tidak ada yang tau. tidak akan ada yang tau. bahwa ketika itu saya mengalami gejolak di dalam jiwa saya.

saya tidak mau menyontek. itu bukan pribadi saya. menyontek dengan mengambil hak yang lain itu sama saja. mengambil hak yang lain dengan korupsi itu tidak jauh berbeda.

tapi pertanyaan yang saya hadapi sangat sulit untuk dikerjakan sendiri. sedangkan teman-teman saya semuanya melihat jawaban dari handphone mereka masing-masing.

suara adzan ashar berkumandang, terdengar hingga ke dalam kelas. suara panggilan untuk beribadah itu membuat saya terdiam. saya hanya diam selama adzan berkumandang. kertas ujian saya masih kosong. saya ingin sekali menangis. karena pada akhirnya saya masih saja kalah. saya kalah lagi dengan kemunafikan.

maafkan saya, Ibu Pertiwi


Hari Sumpah Pemuda 28 Oktober 2016