Bagaimana rasanya menjadi tiada?
Semua manusia akan mati. Mati itu mutlak. Dan aku
memikirkan itu sekarang. Bisa saja nanti tulisan ini masih ada lalu ternyata
aku sudah mati. Biar orang-orang tau aku pernah memikirkannya. Takut. Sepi.
Apa kalian pernah memikirkan bagaimana rasanya
menjadi orang mati?
Bisa saja besok kamu mati. Bisa saja beberapa jam
lagi kamu mati. Bisa saja hari ini adalah hari terakhir kamu bisa melihat dia
yang kamu cintai. Lalu tiba-tiba kamu sendirian. Entah dimana kamu harus
berdiri sendiri tanpa ada yang menemani. Apakah kamu sudah siap?
Mungkin ketika rohmu terangkat dari tubuhmu, kamu
masih bisa melihat orang-orang di sekitarmu. Adakah yang peduli dengan
kematianmu? Siapa saja yang akan melihat tubuhmu terbujur kaku?
Manusia sepertiku selalu saja lalai. Aku sering
berpikir tentang masa depanku. Aku ingin lulus kuliah, jalan-jalan, aku ingin
S2 di luar negeri lalu menikah. Punya anak 4 yang lucu-lucu. Membesarkan anak
hingga tua. Tapi aku selalu lupa dengan kata “mati”. Manusia sepertiku selalu
berpikir mati itu nanti ketika sudah menjadi nenek-nenek. Padahal tanggal kematian
tidak ada yang tahu.
Aku ingin masuk surga. Aku pernah memimpikannya. Tapi
ternyata aku tidak pantas masuk ke dalamnya. Bekal yang ku punya tidak cukup. Apa
aku selalu khusyu dalam sholat 5 waktuku? Apa puasaku diterima, karena sangat
sulit untuk menjaga emosi? Apa aku sudah membaca serta mengamalkan isi
Al-Quran? Apa dalam satu hari aku pernah membaca Al-Quran lalu menghafalnya di
luar kepala? Apakah di dalam sujudku, ada kata “terima kasih” kepada Allah,
selain kalimat meminta ini-itu? Pernahkah aku ikhlas memberi sebagian harta
yang ku punya demi yang lebih membutuhkan? Atau pernahkah aku menangis memohon
ampunan dari Tuhan semesta alam?
Ternyata aku memang belum pantas masuk surga.
Sudah siapkah kita untuk kembali pada-Nya?